A. Sejarah
Vitamin
Vitamin adalah
sekelompok senyawa organik amina yang
sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk
membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin mempunyai peran sangat
penting dalam metabolisme tubuh), karena vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.
Jika manusia, hewan dan ataupun makhluk hidup lain tanpa asupan vitamin tidak
akan dapat melakukan aktivitas hidup dengan baik, kekurangan vitamin
menyebabkan tubuh kita mudah terkena penyakit.
Nama Vitamin sendiri
berasal dari gabungan kata bahasa Latin yaitu vita yang artinya “hidup” dan
amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen
(N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa
banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi
enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia
yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan
tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.
Vitamin merupakan
suatu senyawa yang telah lama dikenal oleh peradaban manusia. Sudah sejak
ribuan tahun lalu, manusia telah mengenal vitamin sebagai salah satu senyawa
yang dapat memberikan efek kesehatan bagi tubuh.
Untuk bisa mendapatkan
asupan vitamin tidaklah sulit, bisa dikatakan kebanyakan makanan yang kita
konsumsi setiap hari telah mengandung vitamin hanya saja mungkin kita tidak
menyadari besar kecilnya kandungan vitamin yang kita konsumsi setiap hari.
Seiring dengan
berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, berbagai hal dan penelusuran lebih
mendalam mengenai vitamin pun turut diperbaharui. Garis besar sejarah vitamin
dapat dibagi menjadi 5 era penting. Disetiap era tersebut, terjadi suatu
kemajuan besar terhadap senyawa vitamin ini yang diakibatkan oleh adanya
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Era
penyembuhan empiris
Era pertama dimulai
pada sekitar tahun 1500-1570 sebelum masehi. Pada masa itu, banyak ahli
pengobatan dari berbagai bangsa, seperti Mesir, Cina, Jepang, Yunani, Roma,
Persia, dan Arab, telah menggunakan ekstrak senyawa (diduga vitamin) dari hati
yang kemudian digunakan untuk menyembuhkan penyakit kerabunan pada malam hari.
Penyakit ini kemudian diketahui disebabkan oleh defisiensi vitamin A. Walau
pada masa tersebut ekstrak hati tersebut banyak digunakan, para ahli pengobatan
masih belum dapat mengidentifikasi senyawa yang dapat menyembuhkan penyakit
kerabunan tersebut. Oleh karena itu, era ini dikenal dengan era penyembuhan
empiris (berdasarkan pengalaman). Christiaan Eijkman, salah satu tokoh penting
dalam sejarah penemuan vitamin.
Era
karakterisasi defisiensi
Perkembangan besar
berikutnya mengenai vitamin baru kembali muncul pada tahun 1890-an. Penemuan
ini diprakarsai oleh Lunin dan Christiaan Eijkman yang melakukan penelitian
mengenai penyakit defisiensi pada hewan. Penemuan inilah yang kemudian memulai
era kedua dari lima garis besar sejarah vitamin di dunia. Penelitian mereka
terfokus pada pengamatan penyakit akibat defisiensi senyawa tertentu. Beberapa
tahun berselang, ilmuwan Sir Frederick G. Hopkins yang sedang melakukan
analisis penyakit beri-beri pada hewan menemukan bahwa hal ini disebabkan oleh
kekurangan suatu senyawa faktor pertumbuhan (growth factor). Pada tahun 1911,
seorang ilmuwan kelahiran Amerika bernama Dr. Casimir Funk berhasil mengisolasi
suatu senyawa yang telah dibuktikan dapat mencegah peradangan saraf (neuritis)
untuk pertama kalinya. Dr. Casimir juga berhasil mengisolasi senyawa aktif dari
sekam beras yang diyakini memiliki aktivitas antiberi-beri pada tahun
berikutnya. Pada saat itulah (dan untuk pertama kalinya), Dr Funk
mempublikasikan senyawa aktif hasil temuannya tersebut dengan istilah vitamine
(vital dan amines). Pemberian nama amines pada senyawa vitamin ini karena
diduga semua jenis senyawa aktif ini memiliki gugus amina (amine). Hal tersebut
kemudian segera disanggah dan diganti menjadi vitamin (dengan penghilangan
akhiran huruf “e”) pada tahun 1920. vitamin tidak dapat diproduksi mamusia
Masa
keemasan
Era ketiga sejarah
vitamin terjadi beberapa dekade berikutnya. Pada masa tersebut, terjadi banyak
penemuan besar mengenai vitamin itu sendiri, meliputi penemuan vitamin jenis
baru, metode penapisan yang diperbahurui, penggambaran struktur lengkap
vitamin, dan sĆntesis vitamin B12. Oleh karena hal tersebutlah, era ketiga dari
garis besar sejarah vitamin ini dikenal dengan masa keemasan (golden age).
Banyak penelti yang mendapatkan hadiah nobel atas penemuannya di bidang vitamin
ini. Sir Walter N. Hawort mendapatkan nobel di bidang kimia atas penemuan
vitamin C pada tahun 1937. Hadiah nobel lainnya diperoleh oleh Carl Peter
Henrik Dam di bidang Fisiologi – Pengobatan pada tahun 1943 atas penemuannya
terhadap vitamin K. Fritz A Litmann juga turut memenangkan nobel atas
dedikasinya dibidang penelitian mengenai penemuan koenzim A dan perannya di
dalam metabolisme tubuh.
Tadeus Reichstein,
seorang ahli kimia yang berhasil memproduksi vitamin C secara massal untuk
pertama kalinya dalam sejarah.
Era
karakterisasi fungsi dan produksi
Era keempat ditandai
dengan banyaknya penemuan mengenai fungsi biokimia vitamin di dalam tubuh,
perannya dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, dan produksi komersial
vitamin untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pada tahun 1930-an, para peneliti
menemukan bahwa vitamin B2 merupakan bagian dari “enzim kuning”. Vitamin B2 ini
sendiri diperoleh dari ekstrak ragi. Melalui penelitian ini juga, kelompok
vitamin B diketahui berperan sebagai koenzim yang penting di dalam tubuh
manusia. Produksi masal vitamin untuk pertama kalinya juga terjadi pada era
ini. Dikomersilkan pertama kali oleh Tadeus Reichstein pada tahun 1933, vitamin
C telah dijual kepada masyarakat luas dengan harga yang relatif murah sehingga
terjangkau bagi khalayak ramai. Vitamin C yang juga dikenal dengan istilah asam
askorbat ini kemudian banyak dipakai sebagai suplemen makanan, penelitian, dan
gizi tambahan bagi hewan ternak. Atas hasil penemuan ini, Tadeus Reichstein
mendapatkan nobel di bidang Fisiologi – Pengobatan pada tahun 1950.
Era
penemuan nilai kesehatan vitamin
Hanya dalam waktu 1 dekade
berikutnya setelah era vitamin keempat, perkembangan ilmu pengetahuan telah
membawa vitamin keera berikutnya, yaitu era kelima dimana banyak ditemukan
nilai kesehatan dari masing-masing jenis vitamin dan penemuan baru mengenai
fungsi biokimia vitamin bagi tubuh. Masa ini dimulai pada tahun 1955 ketika
Rudolf Altschul menemukan bahwa niasin (vitamin B3) dapat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah. Peranan kesehatan ini terlepas dari efek defisiensi
vitamin B3 itu sendiri maupun perannya sebagai koenzim dalam metabolisme tubuh
Group ini terdiri dari
vitamin B dan vitamin C yang dapat larut air. Kedua vitamin ini diberi nama
berdasarkan label dari tabung-tabung percobaan pada saat vitamin tersebut
ditemukan. Selanjutnya diketahui bahwa tabung percobaan dengan vitamin B
ternyata mengandung lebih dari satu vitamin, yang kemudian diberi nama B1, B2
dst. Kedelapan vitamin B berperan penting dalam membantu enzim untuk
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, dan dalam pembuatan DNA dan sel-sel
baru.
A. Vitamin
A
1. Sejarah
Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan.
Sejak 100 tahun SM, para dokter di Cina dan Mesir melakukan penyembuhan dengan
mengoleskan hati sapi pada mata yang kemudian mengalami buta senja (dalam
bahasa Yunani ‘nuktalo’pia’). Seorang dokter romawi (25 tahun SM) pertama-tama
menggunakan istilah xeroftalmia. Penyakit ini pada abad ke-19 banyak terdapat
di Eropa dan hingga sekarang di negara berkembang. Penyakit ini merupakan
penyakit defisiensi (kurang) gizi pertama yang diteliti oleh Megadine pada
tahun 1816 dengan memberikan makanan yang hanya diberi gluten gandum, pati,
gula, dan minyak zaitun pada anjing percobaan.
Pada
tahun 1918, ditemukan sifat mengatur pertumbuhan yang sama dari makanan yang
mengandung pigmen berwarna kuning berasal dari sayuran. Pada tahun 1928
karoten, salah satu pigmen berwarna kuning tumbuh-tumbuhan, di identifikasi
sebagai prekursor vitamin A. Istilah vitamin A kemudian digunakan untuk
menyatakan semua bentuk vitamin tersebut yang merupakan sumber vitamin A.
Pada
tahun 1932 susunan kimia vitamin A diketahui. Pada tahun 1937 vitamin A dapat
diisolasi dari minyak hati halibut dalam bentuk kristal, pada tahun 1974
vitamin A dapat di seintesis. Vitamin A sekarang digunakan untuk fortifikasi
berbagai macam pangan dan sebagai suplemen. Vitamin A dinamankan retinol karena
fungsi spesifiknya dalam retina mata.
Penelitian
di Indonesia pada tahun 1976-1984 oleh Sommer dan tarwotjo dkk, menunjukkan
bahwa anak-anak di propinsi Aceh dan Jawa Barat yang memiliki xeroftalmia
ringan mempunyai resiko lebih tinggi sebesar 2-3 kali untuk menderita penyakit
infeksi saluran pernapasan dan diare, serta 3-6 kali untuk mati. Penelitian di
Tanzania dan Afrika Selatan menunjukkan penurunan angka kematian karena campak
sebesar 46-80% pada anak-anak penderita campak yang diberi suplementasi 200.000
SI vitamin A selama 2 hari berturut-turut.
Penelitian-penelitan
yang dikutip oleh submit (1991), menunjukkan kemungkinan hubungan antara
beta-karoten dan vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung
coroner dan kanker. Hal ini berkaitan karena fungsi beta-karotin dan vitamin A
sebagai antioksidan yang mampu menyesuaikan fungsi kekebalan dan sistem
perlawanan tubuh terhadap mikroorganisme atau proses merusak lainnya.
2.
Struktuk
dan sifat kimia Vitamin A
Vitamin
A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekursor (provitamin). Provitamin A
terdiri dari α, β, dan γ- karoten. β – karoten merupakan pigmen kuning dan
salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam mengurangi
reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan.
gambar
struktur kimia beta karoten
Sehingga
baik provitamin A merupakan hasil pembentukan dari beta karoten. Sehingga
saling terkait antara satu dengan yang lain. Dari hasil gambar struktur kimia
diatas, maka bisa dijelaskan lebih lanjut tentang struktur kimia vitamin A dan
sifat-sifat vitamin A.
Vitamin
A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde) dan
retinoic acid. Anda bisa melihat gambarnya di bawah ini,
gambar tiga molekul aktif
vitamin A
Struktur
kimia inilah yang dibutuhkan dalam tubuh untuk dapat memenuhi kebutuhan vitamin
A baik berupa suplemen ataupun makanan alami dari sayuran dan lauk pauk. Untuk
sifat-sifat vitamin A sendiri ada yang penting juga untuk anda ketahui. Jika
Anda belum tahu, ternyata makanan kita dari alam (nabati) tidaklah langsung
mengandung vitamin A. Tapi masih berupa provitamin A. Sehingga harus masuk dulu
dan dicerna dalam usus yang mana mukosa usus dapat merubah provitamin A ini
menjadi vitamin A.
Retinol
dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab
dan bila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik.
Inilah bentuk dari sifat vitamin A. Vitamin dalam bentuk ester asetat atau
palmitat bersifat lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun aldehid. vitamin
A bersifat tidak stabil. Guna menciptakan kestabilannya, maka dapat diambil
langkah-langkah, yaitu secara kimia, dengan penambahan antioksidan dan secara
mekanis dengan melapisi tetesan-tetesan vitamin A dengan lemak stabil, gelatin
atau lilin, sehingga merupakan butiran-butiran kecil. Melalui teknik tersebut,
maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari kontak langsung dengan
oksigen.
3.
Sumber
Vitamin A
Vitamin A yaitu
karoten terdapat dalam berbagai macam makanan. Daging merah hati, susu, full
cream, keju, mentega merupakan makanan yang tinggi retinol. Sayur dan
buah-buahan berwarna hijau dan kuning seperti wortel, sayur hijau seperti daun
singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, tomat, jagung
kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, buah peach, apricot dan minyak
sayur, yaitu minyak kelapa sawit yang berwarna merah merupakan makanan yang
tinggi karoten ( Hidayat, 2005, hlm. 91 ).
Vitamin
A banyak terkandung dalam minyak ikan. Vitamin A1 (retinal),
terutama banyak terkandung dalam hati ikan laut. Vitamin A2
(retinol) atau 3-dehidro retinol, terutama terkandung dalam hati ikan tawar.
Vitamin A yang berasal dari minyak ikan, sebagian besar ada dalam bentuk ester.
Vitamin
A juga terkandung dalam bahan pangan, seperti mentega (lemak susu), kuning
telur, keju, hati, hijauan dan wortel.
Warna hijau tumbuh-tumbuhan merupakan petunjuk yang baik tingginya kadar
karoten. Buah-buahan berwarna merah dan kuning, seperti cabe merah, wortel,
pisang, pepaya, banyak mengandung provitamin A, Ć-karoten. Untuk makanan,
biasanya vitamin A terdapat dalam makanan yang sudah difortifikasi (ditambahkan
nilai gizinya).
4. Kegunaan
Vitamin A Bagi Tubuh
Vitamin A sangat
penting untuk proses penglihatan, reproduksi, embrio pengembangan,
morfogenesis, pertumbuhan dan diferensiasi selular. Dengan pengecualian dari
proses visual, sebagian besar proses terkait untuk kontrol ekspresi gen, dengan
A metabolit vitamin, seperti asam retinoat, bertindak sebagai nuklir
reseptor-ligan. Berikut detail fungsi dan manfaat Vitamin A dalam tubuh:
a.
Penglihatan
Vitamin
A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila kita dari cahaya
terang diluar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya, maka
kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung
dengan vitamin A yang tersedia didalam darah. Tanda pertama kekurangan vitamin
A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang
kurang bila itu disebabkan karena kekurangan vitamin A.
b.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin
A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email
dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat
dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak – anak yang kekurangan vitamin A,
terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya. Dimana vitamin A dalam hal ini berperan
sebagai asam retinoat.
c.
Reproduksi
Pembentukan
sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan perkembangan janin
dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan
status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau
kesukaran dalam melahirkan. Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel
epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh
dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kandung
kemih.
d.
Fungsi Kekebalan
Vitamin
A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia. Dimana kekurangan
vitamin A dapat menurunkan respon antibody yang bergantung pada limfosit
yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh seseorang ( Almatsier, 2003, hlm.
158 –161 ).
e.
Kekurangan dan Kelebihan Vitamin A
a.
Kekurangan Vitamin A
Kekurangan
vitamin A merupakan masalah sebagian besar di negara berkembang. Hal ini dapat
menyebabkan kebutaan malam dan xerophthalmia, retardasi pertumbuhan,
keratinisasi epitel, gangguan pendengaran, rasa dan bau, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi, meningkatkan angka kematian anak dan mengurangi kesuburan
pria. Pada kehamilan, kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan malformasi pada
keturunannya. Kekurangan di negara maju adalah biasanya terbatas pada mereka
dengan kesulitan penyerapan, peningkatan kerentanan terhadap infeksi
oportunistik, penyakit hati kronis dan pecandu alkohol.
1)
Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A
Kekurangan
vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada mata dapat terjadi
dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya defisiensi vitamin A,
terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam kondisi gelap, xerophthalmia,
hingga akhirnya mengalami kebutaan dapat terjadi.
Kornea
mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air mata tidak
mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang
menutupi kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea yang
akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total.
Beberapa
tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan yang sangat,
anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat terjadi
kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku (Almatsier, 2003, hlm. 162)
2)
Akibat Kekurangan Vitamin A
Vitamin
A juga berperan sebagai antioksidan yang mampu menyingkirkan radikal bebas yang
terdapat didalam membran lemak menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Penyebab
primer adalah kekurangan vitamin A dan pembentukan vitamin A dalam pengaturan
makanan sehari-hari. Penyebab sekundernya adalah terjadinya kegagalan dalam
penggunaan vitamin A (Almatsier, 2003, hlm. 163). Penyakit yang timbul akibat
kekurangan vitamin A adalah Xeropthalmia yaitu keadaan selaput ikat mata
yang kering akibat kekurangan vitamin A (Notoadmojo, 2003, hlm. 201).
3)
Pencegahan dan Pengobatan
Kekurangan
makan makanan bergizi yang berlarut-larut, selain membuat orang menjadi kurus
juga kekurangan vitamin-vitamin, termasuk kekurangan vitamin A. penyakit usus
yang menahun akan mengakibatkan penyerapan vitamin A dari usus terganggu.
Untuk
melakukan pengobatan harus berobat pada dokter dan biasanya dokter akan
memberikan suntikan vitamin A setiap hari sampai gejalanya hilang. Untuk mencegah
kekurangan vitamin A makanlah pepaya, wortel dan sayur-sayuran yang berwarna (
Hassan, 2002, hlm. 345 ).
4)
Interaksi
Vitamin
A dapat mempotensiasi pengembangan hipertensi intrakranial ketika diambil dalam
kombinasi dengan tetrasiklin dan minocycline jenis antibiotik. Katabolisme
retinol dan asam retinoat dalam hati manusia dapat dimediasi oleh sitokrom
P450. Obat-obatan seperti ketokonazol, yang menghambat sitokrom P450, secara
signifikan dapat meningkatkan paruh retinoic acid.
5)
Kelebihan Vitamin A
Pemberian
vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi dalam waktu yang lama
dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh. Hipervitaminosis A banyak dijumpai
pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng, bengkak disekitar tulang-tulang yang
panjang, kulit kering dan gatal. Hipervitaminosis A dapat terjadi dalam 2
tingkat :
a.
Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun – 5
tahun mengkonsumsi lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin akan
menderita mual, sakit kepala dan anoreksia (tidak nafsu makan). Penonjolan
ubun-ubun juga dapat terjadi pada balita < 1 tahun dan akan hilang dalam
waktu 1 hari – 2 hari.
1)
Terjadi akibat pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat
besar atau pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk
dosis besar karena di konsumsi dalam periode 1 hari – 2 hari.
2)
Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A dan
pengobatan simptomatis.
b.
Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita
mengkonsumsi > 25.000 IU tiap hari selama > 3 bulan atau beberapa tahun
baik yang berasal dari makanan maupun dari pemberian vitamin A dosis tinggi.
Biasanya hanya terjadi pada orang dewasa.
1)
Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat menyebabkan
anoreksia, kulit kering, gatal-gatal serta kemerahan di kulit, peningkatan
intracranial, bibir pecah-pecah, tungkai dan lengan lemah dan bengkak.
2)
Pengobatannya sama dengan hipervitaminosis A akut.
Hypervitaminosis
A dapat menurunkan penyimpanan jaringan vitamin C. Vitamin A dapat menentang
tindakan dari vitamin K dalam darah fungsi pembekuan. Hypervitaminosis mungkin
memiliki efek anti-tiroid. Kekurangan zinc dapat mempengaruhi mobilisasi
vitamin A dari toko hati dan penyerapan vitamin A dari usus. Kekurangan vitamin
A dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat besi dan mengurangi pemanfaatannya
untuk eritropoiesis. Alkohol dapat mempotensiasi hepatotoksisitas vitamin
A-induced. Penghambatan kompetitif alcohol dehidrogenase dapat menyebabkan
penurunan sintesis asam retinoat, sehingga vitamin A fungsional kekurangan,
yang telah didalilkan untuk terlibat dalam sindrom alkohol janin.
f. Pengolahan
bahan makanan yang mengandung Vitamin A
Pada
dasarnya, Vitamin tersusun atas protein yang tersusun secara kompleks dari
beberapa Asam Amino dan memiliki beberapa ikatan peptide (ikatan polipeptida).
Vitamin A bisa hilang dari makanan selama persiapan, memasak, atau penyimpanan.
Untuk mencegah hilangnya vitamin A:
a.
Gunakan buah-buahan mentah dan sayuran bila memungkinkan.
b.
Jauhkan sayuran (kecuali kentang manis dan labu musim dingin)
dan buah-buahan yang tertutup dan didinginkan selama penyimpanan.
B. Vitamin
D
1. Sejarah
Vitamin D
Sekitar tahun 1919,
Sir Edward Mellanby di Inggris berhasil membuat penyakit rickets pada anjing
dengan memanipulasi makanan dan dapat disembuhkkan dengan minyak ikan
(Mellanby, 1919). Dalam tahun 1922 McCollum dkk, melaporkan bahwa terjadinya penyakit rickets tersebut bukan
karena vitamin A, tetapi vitamin D.
Dalam banyak hal
vitamin D tidak memperlihatkan sifat vitamin sesungguhnya. Tidak dibutuhkan dalam makanan tertentu,
kondisi tertentu dan secara normal tidak dibuat oleh tanaman dan mikroorganisme
dan mekanisme aktvitas esensialnya menyerupai hormone tiroid. Vitamin D3
(kolekalisferol) dibuat di dalam kulit
dari 7-dehidrokolesterol(Schones dan De Luca,1980; Holick 1978) dengan proses
nonezimatis, berkataliskan energi cahaya UV yang membutuhkan pravitamin. Yang
akhir ini diaktifkan dengan panas dan secara perlahan mendapat
reorganisasi menjadi D3 dan dibebaskan
dalam bentuk vitamin D binding protein dalam plasma untuk pengangkutan,
ditribusi dann penyimpanan. Penemuan tentang pentingnya iradiasi UV untuk
proses tersebut pertama kali dilaporkan oleh Huldschinsky pada tahun 1919 yang menemukan bahwa
menjemur anak- anak dengan sinar matahari atau sinar UV akan meyembuhkan
rickets. Keterlibatannya secara molekuler diperjelas kemudian oleh Steenbock
dan Black dalam tahun 1924. Perlakuan terhadap air susu yang mengandung
ergosterol (dengan kandungan ikatan rangkap ekstra pada C-22 pada rantai cabang)
menghasilkan vitamin D2 (ergokalsiferol). Vitamin D1 dibentuk sebagai preparat
tidak murni dari vitamin D2. Oleh karena vitamin D tidak banyak dalam makanan
maka biasanya ditambahkan dalam air susu atau dibuat secara in situ melalui
penyinaran dengan UV di USA dan Kanada.
Tumbuhan memiliki
steroid ergosterol (provit D) apabila mendapat sinar matahari maka akan menjadi
ergokalsiferol (vitamin D2). Pada hewan mampu mengubah kolesterol menjadi 7
dehidrokolesterol (provit D) jika disinari dengan sinar matahari menjadi
kolekalsiferol (vitamin D3). Perubahan dari provit D menjadi vitamin D
melibatkan sinar UV yang berguna untuk membuka cincin steroid strukturnya.
Perbedaan vitamin D2 dan D3 adalah vitamin D2 mempunyai ikatan ganda pada
rantai sampingnya.
2. Struktur
kimia Vitamin D
Ergosterol
kholekalsiferol
3. Sumber
Vitamin D
Sinar matahari, Lemak,
ikan, kuning telur, hati, minyak ikan, air susu berfortifikasi, margarine,
mentega.
Sumber utama vitamin D
di daerah nontropik adalah dari makanan. Makanan hewani merupakan sumber utama
vitamin Ddalam bentuk kolekalsiferol, yaitu kuning telur, hati, krim, mentega
dan minyak hati ikan. Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan vitamin D dilakukan
fortifikasi makanan, terutama terhadap susu, mentega, dan makanan bayi dengan
vitamin D2 (ergosterol yang diradiasi).
4. Kegunaan
Vitamin D bagi tubuh
a.
Untuk
pemeliharaan kalsium plasma (homeostatis)sehubungan dengan hormone paratiroid.
b.
Sebagai
prohormon pertumbuhan dan perkembangan normal
c.
Untuk
pertumbuhan dan perkembangan tulang dan gigi
d.
Mempengaruhi
absorpsi dan metabolisme kalsium dan fosfor
di usus
e.
Mendorong
pembentukan garam-garam Ca di dalam jaringan yang memerlukan
f.
Meningkatkan
reabsorpsi fosfor di dalam tubuli ginjal
g.
Merangsang
pengangkutan aktif kalsium dalam menyeberangi sel-sel mukosa usus kecil
h.
Membantu
pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan vitamin C,
hormon-hormon paratiroid dan kalsitonin serta protein kalogen.
i.
Berperan
penting bagi metabolisme kalsium dan fosfor. Dengan adanya vitamin D, absorbsi
kalsium oleh alat pencernaan akan diperbaiki, kalsium dan fosfor dari tulang
dimobilisasi, pengeluaran dan keseimbangan mineral dalam darah ikut
dikendalikan.
5. Kekurangan
dan Kelebihan Vitamin D
a. Kekurangan
Vitamin D
Kekurangan
vitamin D , dapat disebabkan oleh pemaparan sinar matahari yang tidak mencukupi
maupun oleh sedikitnya kandungan vitamin D dalam makanan.Pada umunya kekurangan
vitamin D akan mengakibatkan gangguan penyerapan kalsium dan fosfor pada
saluran pencernaan dan gangguan mineralisasi stuktur tulang dan gigi.Tiga jenis
keadaan yang dapat dialami oleh penderita kekurangan vitamin D adalah
1)
Osteomalacia,
ricketsia
orang dewasa atau osteoporosis yaitu deficiency vitamin D dan kalsium yang dapat di alami oleh ibu hamil dan orang
dewasa. Dengan gejala awal seperti orang rematik, lemah dan kadang muka
menggamit, tulang membengkok dan dapat mneyebabkan fraktur (patah)
2)
Rakitis
atau riketsia , deficienci vitamin D yang dialami oleh bayi yang dilahirkan
dari ibu yang mengalami deficienci vitamin D. Hal ini bisa terjadi karena ASI
yang dimiliki si Ibu tidak mengandung vitamin D dalam jumlah yang besar.Rakitis
dapat juga dialami oleh bayi yang tidak pernah mendapatkan paparan sinar
matahari pagi secara langsung. Selain itu, rakitis juga dapat dialami oleh
anak-anak. Rakitis pada anak-anak dapat
terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak terhambat Anak-anak usia 1- 4
tahun bisa memiliki kelainan lengkung tulang belakang, kaki O (bengkok ke
dalam), kaki X (bengkok ke luar) adan terlambat berjalan.
3)
Kejang
otot (tetani) yang disebabkan oleh rendahnya kadar kalsium bisa merupakan
pertanda awal terjadinya rakitis pada bayi. Bayi yang lebih besar mungkin akan
terlambat untuk belajar duduk dan merangkak, dan penutupan ubun-ubun (fontanel)
mengalami penundaan. suatu gejala yang ditandai dengan bengkoknya pergelangan
tanagan dan sendi akibat rendahnya kalsium dalam serum karena kekurangan
vitamin D atau rusaknya kelenjar paratiroid.
Rakitis
dan osteomalasia dapat diobati dengan pemberian vitamin D per-oral (ditelan)
sebanyak 5 kali dosis harian yang dianjurkan, selama 2-3 minggu.Bentuk-bentuk
rakitis tertentu yang diturunkan, biasanya akan membaik bila diobati dengan
hormon vitamin D.
b. Kelebihan
Vitamin D
Mengkonsumsi vitamin D
sebanyak 5 kali dosis harian yang dianjurkan atau lebih dari 25 mikrogram bisa
menyebabkan keracunan, yang mengakibatkan tingginya kadar kalsium dalam darah.
Gejala pertama dari keracunan vitamin D adalah hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, yang diikuti rasa haus yang luar biasa, meningkatnya frekuensi
berkemih, kelemahan, gelisah dan tekanan darah tinggi.
Pengobatannya dengan cara
menghentikan pemakaian vitamin D tambahan dan mengikuti diet rendah kalsium
untuk mengurangi efek dari tingginya kadar kalsium dalam darah.Kortikosteroid
dapat diberikan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan jaringan. Amonium
klorida diberikan untuk menjaga keasaman air kemih, sehingga mengurangi resiko
terbentuknya batu kalsium.
6. Pengolahan
bahan makanan yang mengandung vitamin D
C. Vitamin
E (Tokoferol)
1. Sejarah
Vitamin E
Pada tahun 1922, oleh Dr. H.M Evans dari California ditemukan
suatu zat larut lemak yang dapat mencegah keguguran dan sterilitas pada tikus.
Semula zat ini dinamakan faktor antisterilitas dan kemudian vitamin E, vitamin
E kemudian pada tahun 1936 dapat diisolasi dari minyak kecambah gandum dan
dinamakan tokoferol. Bentuk vitamin E
merupakan kombinasi dari delapan molekul yang sangat rumit yang disebut ’tocopherol’.
Kata ’tocopherol’ berasal dari
bahasa Yunani: Tokos yang berati ‘kelainan’dan Pherin berarti ‘yang
menyebabkan’. Sekarang dikenal beberapa bentuk tokoferol yang aktif secara
biologik. Hewan tidak dapat mensintesis vitamin E dalam tubuhnya, sehingga
harus memperolehnya dari makanan nabati. Disebut vitamin E karena ditemukan
setelah vitamin-vitamin yang sudah ada yaitu A, B, C, dan D.
2. Struktur
dan sifat kimia Vitamin E
Vitamin E murni tidak
berbau dan tidak berwarna, sedangkan vitamin E sinetik yang dijual secara
komersial biasanya berwarna kuning muda hingga kecoklatan. Vitamin E larut
dalam lemak dan dalam sebagian besar pelarut organik, tetapi tidak larut untuk
air. Vitamin E agak tahan panas dan asam tetapi tidak tahan alkali, sinar
ultraviolet dan oksigen. Vitamin E rusak bila bersentuhan dengan minyak tengik,
timah dan besi. Karena tidak larut air, vitamin E tidak hilang karena pemasakaan
dengan air. Absorbsi vitamin E berkisar antara 20-80%. Vitamin E disimpan
sebagian besar dijaringan lemak dan selebihnya di hati.
Ada empat jenis tokoferol yang penting dalam makanan
alfa-, beta-, gama-,delta-tokoferol dan tokotreinol. Karakteristik kimia
utamanya adalah bertindak sebagai antioksidan. Tokoferol terdiri atas struktur
cincin 6-kromanol dengan rantai samping jenuh panjang enam belas karbon
fitol.Perbedaan antarjenis tokoferol terletak pada jumlah dan posisi gugus
metil pada struktur cincin. Alfa-tokoferol adalah bentuk vitamin E paling
aktif, yang digunakan pula sebagai standar pengukuran vitamin E dalam makanan.
Jumlah vitamin E dalam bentul lain dinyatakan dalam bentuk tokoferol ekivalen (TE)
Strktur kima tokoferol alfa diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur kimia α -tokoferol
3. Sumber
Vitamin E
Vitamin E mudah
didapat dari bagian bahan makanan yang berminyak atau sayuran. Vitamin E banyak
terdapat pada buah-buahan, susu, mentega, telur, sayur-sayuran, terutama
kecambah. Contoh sayuran yang paling banyak mengandung vitamin E adalah minyak
biji gandum, minyak kedelai, minyak jagung, alfalfa, selada, kacang-kacangan,
asparagus, pisang, strawberry, biji bunga matahari, buncis, ubi jalar dan
sayuran berwarna hijau. Vitamin E lebih banyak terdapat pada makanan segar yang
belum diolah.Satu unit vitamin E setara dengan 1 mg alfa-tocopherol asetat atau
dapat dianggap setara dengan 1 mg. Selain itu ASI juga banyak mengandung vitamin
E untuk memenuhi kebutuhan bayi.
4. Kegunaan
Vitamin E bagi tubuh
Vitamin E berguna
untuk:
a)Manfaat Vitamin E untuk Kulit
Menurut
penelitian di Amerika (AAD) manfaat vitamin E untuk kulit yaitu menjaga
kesegaran dan keremajaan kulit, mencegah kerusakan kulit akibat paparan
sinar ultraviolet langsung, menjaga kelembapaan dan mencegah kekeringan kuli, serta mempercepat
proses penyembuhan
vitamin
E akan memberikan manfaat untuk
melindungi kulit dari hal-hal yang dapat merusaknya secara lebih cepat. Biasanya
selain dalam bentuk suplemen, vitamin E ini juga sudah sering diberikan dalam
pelembab lotion untuk kulit. Jadi pemberian manfaat vitamin E ini baik secara
dari dalam tubuh maupun luar tubuh.
b) Manfaat Vitamin E pada Rambut
Dimana
vitamin E ini memiliki fungsi sebagai pembantu dalam sirkulasi darah ke kulit
kepala. Selain tentunya juga digunakan dalam suplemen sehari-hari. vitamin E
ini memberikan kelembapan pada kulit kepala dan rambut terlihat lebih segar,
mudah diatur, dan mengkilap, mencegah dari kerontokan rambut, karena vitamin E
membawa pasokan oksigen ke rambut. Kemudian merangsang pertumbuhan rambut lebih
cepat. Tidak hanya itu, vitamin E juga dapat menutrisi rambut agar lebih kuat,
mengobati rambut yang kering, dan mengobati rambut yang rusak.
c) Manfaat Vitamin E untuk
Kesuburan
Vitamin E
berperan penting dalam membantu kinerja organ kelamin dengan pemeliharaan
kesuburan. Diketahui untuk jaringan reproduksi bagi pria, vitamin E terbukti
untuk melindungi membran sel sperma dari kerusakan akibat oksidasi. Jika sel
sperma ini rusak maka tingkat kesuburan seorang pria pun akan rendah.
Tingkat
kesuburan yang dialami pria yang mengkonsumsi vitamin E dan tidak ternyata
cukup signifikan. Dari jumlah pria yang tidak subur, dapat diterapi dengan mengkonsumsi
vitamin E ini dan mengalami kenaikan 20% pria menjadi lebih subur dari
sebelumnya. Sehingga kehamilan bagi wanita (istri) lebih bisa terjadi karena
kesuburan suaminya. Vitamin E ini dapat meningkatkan kesehatan spermanya lebih
dari 2,5 kali dari kesehatan sebelumnya.
d) Vitamin E dan Sistem Kekebalan
Tubuh
Standar
yang dikonsumsi paling sedikit untuk manusia adalah 10 sampai 30 mg dalam
darah. Sehingga vitamin E ini akan meningkatkan imunitas tubuh dengan menjadi
antioksidan. membantu
mengatasi stres, meningkatkan kesuburan, meminimalkan risiko kanker dan
penyakit jantung koroner,menghalangi radikal bebas, udara
kotor, dan lainnya untuk merusak sistem dalam tubuh.
e) Vitamin E untuk Mencegah
Penyakit Kanker
Penyakit
kanker yang dapat dicegah dan disembuhkan dengan konsumsi vitamin E ini adalah
kanker hati. kenker usus besar, kanker paru-paru, kanker payu dara dan juga
kanker prostat. Tentu untuk menjadikan vitamin E ini pengobatan kanker, bisa
berkonsultasi pada dokter sebelumnya. Di Cina, dalam sebuah penelitian, dimana
pasien kanker hati yang mencapai 132.837 pasien dimana 50% nya mengalami
kemajuan lebih baik dari kanker hati yang diterimanya setelah mengkonsumsi
vitamin E ini lebih banyak. Untuk itu konsumsikan vitamin E setiap hari semampu
anda untuk mencegah dalam serangan kanker di tubuh anda.
f) Melindungi dari kelebihan vitamin A
Melindungi dari akibat
kelebihan vitamin A dan melindungi vitamin A dari kerusakan, vitamin ini juga
bisa melindungi hewan dari akibat berbagai obat, bahan kimia, dan logam yang
mendukung pembentukan radikal bebas.
5. Kekurangan
dan Kelebihan Vitamin E
a. Kekurangan
Vitamin E
Kekurangan vitamin E
jarang terjadi karena sumber vitamin E sangat luas, jika ada kekurangan
tersebut bisa terjadi karena gangguan absorbsi yang berakibat hemolisis
eritrosit, anemia, sindrome neurologik.
b. Kelebihan
Vitamin E
1)Konsumsi
berlebih vitamin E dapat mengakibatkan keracunan.
2)
Gangguan saluran cerna jika mengonsumsi >600mg atau 60-75 kali kecukupannya.
3) Jika
berlebihan dapat mengganggu proses pembekuan darah.
6. Pengolahan
bahan makanan yang mengandung vitamin E
Vitamin
E mudah rusak akibat mudahnya teroksidasi. Analisis kadar vitamin ini bisa
melalui spektrofotometri, fluorometri, dan KCKT.
Tocopherol
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak seperti minyak, lemak,
alkohol, aseton, eter dan sebagainya. Karena tidak larut dalam air, vitamin E
dalam tubuh hanya dapat dicerna dengan bantuan empedu hati, sebagai pengelmulsi
minyak saat melalui duodenum.
Vitamin
E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu tinggi. Vitamin
E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam pada
suhu 100o C. Bila terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara
perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya warnanya akan menjadi gelap
secara bertahap.
Contoh
:
•
Rusak
pada proses pengolahan minyak nabati menjadi margarin atau shortening
•
Rusak
akibat autooksidasi yang intensif seperti pada pengeringan dan penggorengan
D. Vitamin K
1. Sejarah
Vitamin K
Pada 1929, ilmuwan
Denmark Henrik Dam meneliti peran kolesterol dengan memberi makan ayam diet
kolesterol-habis. Setelah beberapa minggu, binatang dikembangkan perdarahan dan
mulai berdarah. Cacat ini tidak bisa dikembalikan dengan menambahkan kolesterol
dimurnikan untuk diet. Tampak bahwa-bersama-sama dengan kolesterol senyawa
kedua telah diekstraksi dari makanan, dan senyawa ini disebut vitamin
koagulasi. Vitamin baru menerima surat K karena penemuan awal yang dilaporkan
dalam jurnal Jerman, di mana ia ditunjuk sebagai”Koagulationsvitamin”. Edward
Adelbert Doisy dari Saint Louis University melakukan banyak penelitian yang
mengarah pada penemuan struktur dan sifat kimia dari Dam K. Vitamin dan berbagi
Doisy 1943 Hadiah Nobel untuk obat untuk pekerjaan mereka di laboratorium
vitamin K.
2. Struktur
dan sifat kimia Vitamin K
3. Sumber
Vitamin K
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K
terbilang cukup mudah karena selain jumlahnya terbilang kecil,
sistem pencernaan kita mengandung bakteri yang mampu mensintesis vitamin K yang
sebagian diserap dan disimpan didalam hati. Namun begitu tubuh pun perlu
mendapat tambahan vitamin K dari makanan.
Kebanyakan sumber vitamin K didalam
tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Anda
dapat memperoleh vitamin K dari makanan seperti hati, sayur-sayuran
berwarna hijau yang berdaun banyak, sayuran sejenis kobis (kol) dan susu.
Vitamin K dalam konsentrasi tinggi
juga ditemukan pada susu kedelai, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan
hati. Jenis-jenis makanan probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri
sehat aktif, bisa membantu menstimulasi produksi vitamin ini.
Vitamin K
merupakan salah satu vitamin yang larut lemak, vitamin K disintesis dan
diisolasi dari hati ikan yang dibusukkan, dimana vitamin K dihasilkan oleh
kerja bakteri-bakteri. Vitamin K disebut juga vitamin koagulasi, mula-mula
ditemukan sebagai senyawa yang juga dapat mencegah terjadinya pendarahan yang
parah pada ayam yaitu mendorong terjadinya penggumpalan darah secara normal.
Sumber
vitamin K terdapat pada hati, bayam, kubis, kol, susu, kuning telur, minyak
kedelai dan minyak nabati.
Vitamin K
di alam
-
K1
(filokinon) ® terdapat pada
daun-daun hijau
-
K2
(menakuinon) ® terdapat di usus
halus
4. Kegunaan
Vitamin K bagi tubuh
a.
Membantu
proses sintesis prothombine yang diperlukan dalam pembekuan darah
b.
Sebagai
pentransport elektron di dalam proses redoks dalam jaringgan (sel)
c.
Berperan
dalam proses sintesis protein prothombine terutama pada fase postribosomal
d.
Membantu
proses penggumpalan darah
Ketika jari kita terpotong atau
terbentur sesuatu, tubuh harus mencegah terjadinya perdarahan yang berlebihan.
Salah satunya adalah dengan membentuk bekuan darah di daerah yang mengalami
cedera, penggumpalan darah, idealnya akan menghentikan pendarahan. Untuk
melakukan hal ini, tubuh menggunakan serangkaian protein pembekuan darah,
beberapa diantaranya harus diaktifkan oleh vitamin K.
Beberapa obat seperti warfarin dapat
mengganggu dengan aktifitas vitamin K, sehingga mengurangi kemampuan tubuh
untuk melakukan penggumpalan darah jika terluka. Obat-obatan seperti ini sering
disebut sebagai “blood thinner”, yang diresepkan untuk mencegah terjadinya
pembekuan darah yang berbahaya yang dapat terjadi pada orang dengan kondisi
kesehatan seperti tromboflebitis atau gagal jantung kongestif.Oleh karena
efektifitas obat tersebut dapat dikurangi oleh vitamin K, maka bagi yang
memakai obat tersebut diperingatkan untuk menghindari makanan yang tinggi
kandungan vitamin K dan berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan
suplemen Vitamin K.
e. Membangun tulang yang sehat
Vitamin K penting untuk membangun
tulang sehat. Meskipun tulang sebagian besar terdiri dari mineral, terutama
kalsium, tulang juga merupakan jaringan hidup dengan beberapa komponen dan
membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya.
Tulang adalah susunan protein yang di atasnya
tersimpan mineral. Di sinilah pentingnya peranan vitamin K. Hal ini diyakini
bahwa vitamin K dibutuhkan untuk mengubah protein tulang tertentu sehingga
mineral, seperti kalsium, dapat disimpan dengan benar. Tanpa peran serta
vitamin K, semua kalsium tidak memungkinkan untuk membangun tulang yang sehat.
Penelitian tentang efek suplementasi vitamin K pada
tulang telah membuat beberapa temuan penting. Misalnya Vitamin K2 dan Vitamin
D3, yang digunakan secara bersama-sama, dapat mengurangi kehilangan tulang.
Para peneliti juga menyimpulkan bahwa, saat kita menua, jumlah vitamin K kita
peroleh melalui asupan makanan mungkin tidak cukup untuk menjaga kalsium dalam
tulang kita. Studi lain menemukan bahwa dosis tinggi suplemen Vitamin K2 atau
K1 dikaitkan dengan penurunan risiko patah tulang pada wanita postmenopause.
Beberapa penelitian mengenai dampak vitamin K pada
pembentukan tulang telah menemukan bahwa hal itu juga dapat membantu untuk
mengontrol pengendapan kalsium di arteri, di mana ia dapat berkontribusi
terhadap aterosklerosis, atau pengerasan arteri. Hal ini mungkin sangat penting
bagi perempuan.
5. Kekurangan
dan Kelebihan Vitamin K
a. Kekurangan
Vitamin K
1)
Terganggunya
penyerapan lemak
2)
Menurunnya
kepadatan tulang
3)
Berakibat
buruk pada penderita kanker terutama kanker hati dan kanker prostat
Penelitian menunjukkan bahwa suplemen vitamin
K menurunkan angka kekambuhan kanker dan meningkatkan harapan hidup secara
signifikan.
4)
Darah
sulit membeku
5)
Terjadi
perdarahan di dalam tubuh
6)
Efek
pada bayi baru lahir
(a) Plasenta
tidak mengantarkan lemak dan vitamin K dengan baik
(b) Fungsi hati
dari bayi baru lahir masih belum matang untuk menghasilkanfaktor-faktor
pembekuan darah yang cukup (faktor pembekuan adalah protein dalamdarah yang
memudahkan pembekuan dan memerlukan vitamin K)
(c) Usus tidak
memiliki bakteri yang menghasilkan vitamin K selama hari-hari pertaman bayi ASI
hanya sedikit mengandung vitamin K.
Suatu suntikan vitamin K seharusnya diberikan pada bayi baru lahir untuk
melindungi bayi dari penyakit ini. Bayi yang mendapatkan ASI, yang belum
mendapatkan suntikan vitamin K pada saatl ahir, sangat rentan terhadap
kekurangan vitamin K.
7)
Efek pada anak-anak
(a)
Penyakit
seliak
(b) Fibrostik kistik.
b. Gejala Kekurangan
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini
dapat meyebabkan pendarahan atau hemoragik. Bagaimanapun, kekurangan
vitamin K jarang terjadi karena hampir semua orang memperolehnya dari
bakteri dalam usus dan dari makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada
bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri
yang dapat mensintesis vitamin K, air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil
vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir.
Pada dewasa, kekurangan
dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran atau mengonsumsi antobiotik
terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus
yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh
penyakit liver atau masalah pencernaan.
c. Tanda kekurangan
Kekurangan vitamin K dapat
terjadi setelah pengobatan jangka panjang dengan antibiotik oral. Orang-orang
berisiko terkena kekurangan vitamin K adalah mereka yang menderita kekurangan
gizi kronis, mempengaruhi penyerapan vitamin dalam makanan untuk mengurangi
obstruksi pada saluran empedu, celiac penyakit atau sariawan, kolitis
ulseratif, regional enteritis.
b. Kelebihan
Vitamin K
Jika konsumsi vitamin
K berlebih maka akan berakibat pada keracunan. Gejala-gejalanya adalah
hemolisis sel darah merah, penyakit kuning (jaundice)
dan kerusakan pada otak.
6. Pengolahan
bahan makanan yang mengandung vitamin K
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vitamin
A,D,E,K adalah vitamin yang larut lemak atau disebut fat
soluble.
Vitamin
larut lemak memiliki sifat-sifat umum, antara lain :
1.
Tidak
terdapat di semua jaringan.
2.
Terdiri
atas unsure C,H,O.
3.
Memliki
bentuk prekusor atau provitamin.
4.
Menyusun
struktur jaringan tubuh.
5.
Diserap
bersama lemak.
6.
Disimpan
bersama lemak di dalam tubuh.
7.
Diekskresi
melalui feses.
8.
Kurang
stabil pada suhu kamar.
Sumber Vitamin
A yaitu karoten terdapat dalam berbagai macam makanan. Daging merah hati, susu,
full cream, keju, mentega merupakan makanan yang tinggi retinol. Sayur dan
buah-buahan berwarna hijau dan kuning seperti wortel, sayur hijau seperti daun
singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, tomat, jagung
kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, buah peach, apricot dan minyak
sayur, yaitu minyak kelapa sawit yang berwarna merah merupakan makanan yang
tinggi karoten ( Hidayat, 2005, hlm. 91 ).sumber vitamin D yaitu Sinar
matahari, Lemak, ikan, kuning telur, hati, minyak ikan, air susu
berfortifikasi, margarine, mentega.Sumber utama vitamin D di daerah nontropik
adalah dari makanan. Makanan hewani merupakan sumber utama vitamin Ddalam
bentuk kolekalsiferol. Vitamin E banyak terdapat pada buah-buahan, susu,
mentega, telur, sayur-sayuran, terutama kecambah. vitamin K dari makanan seperti
hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak, sayuran sejenis kobis
(kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga
ditemukan pada susu kedelai, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
Sunita.2004.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama
F.G.
Winarno.2004.Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama
Nasoetion,
Andi Hakim & Darwin Karyadi.Vitamin.
Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama
Achmad Djaeni Sediaoetama. (1989)
Ilmu Gizi. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Bagian Gizi R.S Dr. Cipto
Mangunkusomo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (1996). Penuntun Diit. Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Edisi kedua, Jakarta.
FAO/WHO (1988). Requirements of
Vitamin A, Iron, Folate and Vitamin B12. Report of a Joint FAO/WHO Expert
Consultation. FAO, Rome.
FAO/WHO (2002). Vitamin A. In: Human
Vitamin and Mineral Requirements. Report of a Joint FAO/WHO Expert
Consultation. FAO, Rome; pp 87-107.
Binkley, N., Krueger, D. (2000).
Hypervitaminosis A and bone. Nutrition Reviews 58, 138-144.
UNICEF (2007). Vitamin A
Suplementation. UNICEF: New York.
Parakksi, Aminuddin(1992)Biokimia nutrisi dan metabolisme. Jakarta:
Univeritas Indonesia (UI-Press).
Sediaoetama, Achmad Djaeni(2004)Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Nasoetion, Andi Hakim,dkk(1987)Pengetahuan Gizi Mutakhir: Vitamin. Jakarta:
Gramedia.
Almatsier, Sunita(2001)Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
di unduh tanggal 18 Mei 2013
Budianto,
Agus Krisno. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press
Sediaoetomo,
Achmad Djaelani. 1985. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian
Rakyat
Langseth L. 1996.
Oxidants,Antioxidants, and Disease Prevention. ILSI Europe,
Brussels